Minggu, 17 Maret 2013

Optimasi Bawah Sadar; Bagaimana Cara Memahami Pesan Dari Tubuh?


Bijak Memahami Pesan Tubuh
By; Adi W Gunawan


Pembaca, bayangkan anda memegang tube pasta gigi yang tertutup rapat. Apa yang akan terjadi bila Anda memencet keras tube pasta gigi ini? Di awal mungkin tidak ada perubahan atau pengaruh. Coba Anda lakukan lagi, pencet lebih kuat, semakin kuat, lebih kuat lagi. Apa yang terjadi? Cepat atau lambat pasta gigi di dalam tube akan mencari jalan keluar. Keluarnya bisa dari dasar tube atau dari samping. Intinya pasta akan mencari jalan keluar dengan membuat lubang melalui titik terlemah dari struktur tube.

Sekarang bayangkan tube adalah diri Anda. Bayangkan Anda di bawah tekanan dan mulai mengalami stres psikologis atau emosi. Anda tetap menutup diri  dan tidak bersedia membuka tutup “tube” Anda. Semua Anda simpan atau pendam sendiri. Apa yang akan terjadi? 

Cepat atau lambat tekanan ini pasti mencari jalan keluar. Bila tekanan ini tidak bisa keluar dari “tutup” di atas, dengan diungkapkan dan diselesaikan, maka ia akan mencari jalan keluar lainnya. Tekanan ini akan mencari titik terlemah pada “tube” (baca: sistem tubuh) Anda, bisa melalui sistem pencernaan, sistem saraf, sistem kekebalan tubuh, sistem hormon, otot-otot tubuh, atau pola tidur Anda. Saat tekanan “keluar” melalui sistem tubuh maka kita akan sakit.

Bila tekanan ini berhasil mencari jalan keluar dari “atas” maka ia akan menjadi permusuhan, kebencian, sikap agresif, curiga, marah, atau takut. Bila ditekan ke bawah ia akan menjadi sakit, depresi, adiksi, atau kecemasan.

Memahami Simtom
Tubuh berbicara kepada kita melalui simtom, baik melalui jenis simtom, pengaruh simtom terhadap diri kita, dan perubahan yang ia minta kita lakukan. Kata simtom, dalam bahasa Inggris “symptom”, berasal dari bahasa Yunani, syn yang artinya “bersama”, dan piptein yang artinya “jatuh”.

Dengan kata lain, gangguan kesehatan, kesulitan, atau masalah yang dialami seseorang sebenarnya tidak muncul tiba-tiba. Akar masalah bisa jadi telah berlangsung selama beberapa hari, bulan, atau bahkan tahun sebelum akhirnya “jatuh bersama” dan mengakibatkan munculnya simtom.

Pengalaman hidup kita memengaruhi perilaku, perasaan, sikap mental, dan kesehatan. Dengan menaruh perhatian baik pada sejarah simtom dan juga pengaruh/akibat yang ditimbulkannya, kita dapat mulai menemukan, pada level yang lebih dalam, penyebab yang seringkali sangat halus dan tidak kita sadari yang merupakan kunci untuk kesembuhan diri.

Simtom tidak pernah berdiri sendiri. Simtom terhubung ke masa lalu karena ia muncul akibat kejadian atau situasi yang dialami sebelumnya, dan terhubung dengan masa sekarang karena ia memengaruhi hidup kita saat ini.

Simtom membantu, atau lebih tepatnya memaksa, kita untuk kembali menjalin relasi dan mengenal perasaan yang terpendam. Simtom adalah pembawa pesan dari pikiran bawah sadar bahwa ada sesuatu yang membutuhkan perhatian dan penanganan serius. Bila pesan ini tidak diperhatikan atau diabaikan maka simtom ini akan terus muncul dan berulang.

Trauma tidak berarti sakit atau selalu mengakibatkan munculnya penyakit. Yang menyebabkan penyakit adalah perasaan takut dan kecemasan akibat trauma yang tidak terungkap atau diselesaikan. 
Melalui sakit / penyakit, tubuh menyampaikan pesan yaitu ada yang tidak seimbang (balance). Sakit bukanlah hukuman namun cara alamiah yang digunakan tubuh untuk menciptakan keseimbangan.

Tubuh memiliki kearifan yang luar biasa. Bila kita tanggap dan cermat mendengar pesan yang ia sampaikan maka kita dapat membawa tubuh kembali ke kondisi sehat, harmonis, dan seimbang.

Bila Anda sakit, tanyakan kepada diri sendiri, “Pesan apa yang ingin disampaikan tubuh kepada saya?” Dengan demikian sakit atau penyakit tidak dipandang sebagai sesuatu yang buruk tapi suatu undangan dan peluang untuk menjadi sadar, berubah, dan berkembang. Cara pandang ini menempatkan sakit sebagai sebuah panggilan dan tubuh sebagai sumber informasi yang sangat berharga.

Emosi, Stres, dan Persepsi Diri
Stres per se sifatnya netral, tidak baik dan juga tidak buruk. Yang membuat masalah adalah respon kita terhadap faktor yang mengakibatkan terjadinya stres. Respon setiap orang berbeda saat menghadapi tekanan. Ada yang tetap tenang. Ada yang menjadi panik, takut, dan cemas.

Mengapa bisa timbul reaksi yang berbeda dalam situasi yang sama?

Perbedaannya bergantung pada persepsi seseorang terhadap kemampuannya mengatasi stres. Bila seseorang memandang dirinya mampu mengatasi stres maka responnya akan tetap tenang. Sebaliknya bila ia memandang dirinya tidak mampu maka persepsi ini akan mengakibatkan munculnya berbagai simtom stres yang dirasakan di tubuh fisik. Persepsi ini bergantung pada proses tumbuh kembang setiap orang, khususnya pada aspek mental dan emosi.

Emosi yang direpresi, disangkal, atau diabaikan, yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk diungkap, atau tidak pernah mendapat pengakuan atau perhatian, adalah emosi yang paling membutuhkan perhatian kita. Setiap emosi yang direpresi, disangkal, atau diabaikan akan “tersangkut” di dalam tubuh.

Represi terjadi karena mungkin Anda dibesarkan dengan pola dan diajar untuk lebih mementingkan perasaan orang lain daripada perasaan Anda sendiri. Ada banyak emosi yang biasanya direpresi: perasaan terluka, malu, bersalah, dikhianati, marah, sakit hati, dendam, kecewa, benci, sedih, jengkel, tersinggung, takut, khawatir, kesepian, dan kepedihan.

Satu emosi yang paling sering direpresi adalah perasaan marah. Marah direpresi karena, menurut norma yang berlaku di masyarakat, tidak pantas untuk melepaskan perasaan ini di tempat umum atau kepada orang yang membuat Anda marah. Setiap kali Anda “menelan” perasaan ini berarti Anda mengabaikannya dan berpikir perasaan ini akan hilang dengan sendirinya.
Benar, perasaan ini akan “hilang” dan tidak lagi Anda rasakan, secara sadar. Namun jauh di dalam hati semua perasaan ini tetap berkobar dan menunggu waktu yang tepat untuk keluar dalam bentuk simtom. Emosi yang dikubur hidup-hidup tidak akan pernah mati atau padam.

Perasaan yang diabaikan juga akan meminta perhatian. Perasaan atau emosi ini seperti layaknya manusia akan menggunakan segala cara untuk bisa mendapat perhatian Anda. Salah satunya adalah dengan membuat Anda sakit.

Sayangnya, yang lebih sering terjadi, saat kita sakit, kita tidak mengerti bahwa ini adalah satu bentuk komunikasi dari tubuh yang membutuhkan perhatian serius. Kita berusaha untuk “menyembuhkan” sakit dan abai akan pesan yang ingin ia sampaikan, sehingga sakit yang sama akan muncul lagi.

Alasan kita mengalami sakit adalah karena kejadian, peristiwa, atau pengalaman di masa lalu, khususnya yang bermuatan emosi negatif yang intens, masih terus memengaruhi kita, baik sadar maupun tidak sadar.

Hal ini tampak jelas pada tubuh. Setiap detik ada tujuh juta sel darah merah yang mati dan digantikan dengan sel darah merah baru. Setiap tujuh tahun seluruh tubuh kita berganti dengan tubuh yang baru. Namun mengapa sel tubuh yang sakit, walau ia digantikan dengan sel yang baru, tetap saja sakit? Ini karena program internal-nya tidak berubah.

Solusinya adalah dengan mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan simtom dan menyadari, mengakui, menghargai, dan menerima keberadaan perasaan-perasaan yang terpendam atau membutuhkan perhatian. Saat perasaan itu didengar dan diproses maka ia tidak lagi perlu mengirim pesan dalam bentuk simtom. Dengan kata lain penyakit akan sembuh dan tidak akan kembali lagi.

Bagaimana cara memahami pesan dari tubuh ini? Temukan jawabannya dalam Program Exclusive Training Optimasi Bawah Sadar. Hubungi 0878.7603.7227 Sekarang.
Sumber;  www.adiwgunawan.com 


Tulis Komentar atau Pertanyaan Anda Di Sini

Selasa, 12 Maret 2013

Optimasi Bawah Sadar; Mengapa Saat Kita Ikhlas & Pasrah Keinginan Sering Terwujud dan Solusi Terpecahkan?


Dahsyatnya Bawah Sadar
Barangkali, kesimpulan Malcom Gladwell dalam bukunya BLINK bisa menjawab pertanyaan (mungkin Anda pernah bertanya) "Mengapa saat saya ngotot kepingin sesuatu, malah lama terwujud bahkan tidak terjadi. Tapi saat saya pasrah dan ikhlas, malah hal itu segera terjadi?".

Malcom Gladwel penulis buku fenomenal "Outlier" menulis sebuah kesimpulan dalam bukunya BLINK, "Tatkala pikiran sadar kita telah buntu mencari solusi (termasuk keinginan kuat/ngotot), maka saat itu bawah sadar kita yang bekerja (akan ambil bagian)".

Seperti kita tau bersama, hampir 70% aktifitas tubuh dikelola oleh bawah sadar. Sehingga, saat jenuh keinginan tak sampai (SADAR) maka selanjutnya kita memasrah dan mengikhlaskan keinginan kita. Dan pada saat itu sebenarnya kita sedang mengakses Bawah Sadar.

Penyesuaian Tubuh
Sebagaimana hal lainnya kita tau tentang kinerja Bawah Sadar. Saat tubuh ada yang tidak sesuai, maka dia segera menyesuaikannya. Saudara saya seorang ahli Hypnodontia Chairunnisa Amarta bercerita kepada saya.
"Aku pernah pasang implant mas. Setelah selesai mengebor kemudian mau memasukkan more kedalam gusi yang selesai aku lubangi. Kalau tubuh pasien itu nolak, maka more tersebut mantul sendiri. Seperti ada yang melempar ke atas". Lalu dr Chairunnisa melanjutkan.

"Selanjutnya, aku gunakan hypnosis mengajak bawah sadar klien agar menerima benda (implant) yang mau aku pasang. Setelah selesai berkomunikasi dan berdamai dengan bawah sadar (sampai bawah sadarnya setuju). Aku operasinya terasa enteng sekali. Malahan, pasien yang telah aku hypno (ajak komunikasi dengan bawah sadarnya), pendarahannya sedikit keluar dibandingkan tanpa hypno". Dia bercerita sambil tersenyum karena  berhasil membantu pasiennya.

Kembali kepada konteks ngotot dan pasrah. Jika hal keinginan itu berhubungan langsung dengan tubuh, seperti ingin agar segera tidur. Bila kita masih dominan dengan pikiran sadar (gelombang beta), biasanya cenderung tidak tidur-tidur. Akan tetapi, kalau kita mampu mengkondisikan diri dominan gelombang alfa (bawah sadar). Biasanya tidak lama kemudian (tidak lebih 5 menit) bisa langsung tidur. Iyakan?

Namun, bagaimana kalau seandainya keinginan kuat itu (ngotot) untuk membuka pintu yang tidak bisa terbuka. Padahal sudah coba 5 kali bahkan sampai kuncinya bengkok, tapi pintu belum juga terbuka.

Dua Kemugnkinan Yang Terjadi
Konteks keinginan seperti ini (external body) biasanya yang mungkin terjadi dua hal. Pertama, saat kita pasrah (itu berarti kita mengakses Bawah Sadar) maka Bawah Sadar membimbing tubuh kita, lewat otot-otot pada pergelangan dan tulang lengan hingga ke jari-jemari. Agar memutarnya sesuai kondisi kunci supaya bisa terbuka. Hal ini terjadi, tidak ubahnya seperti saat kita merasa suhu di luar tubuh dingin. Maka, dengan sendirinya di dalam tubuh terjadi pembakaran agar kita merasa hangat.

Atau kemungkinan kedua supaya pintunya bisa terbuka. Saat kita ikhlas dan pasrah, tiba-tiba saja kita mendapat ide yang mendukung agar kunci bisa terbuka. Entah mendorong sambil memutar. Atau mengangkat gagang pintu sedikit ke atas sambil memutar, dan sebagainya. Di mana, ide ini belum terpikirkan sebelumnya.

Bukankah sungguh luar biasa anugerah Tuhan kepada manusia yang bernama Bawah Sadar ini?
Mau tau lebih dalam lagi kekuatan dahsyat pikiran Bawah Sadar? Temukan jawabannya hanya di Exclusive Training Optimasi Bawah Sadar, 13 April 2013, Jam 08.00 -17.00 di OfficePlus Central Park Center, Jakarta Barat. Hubungi 0878.7603.7227...

Buruan daftar, Terbatas hanya untuk 6 Peserta Saja.

#Optimasi Bawah Sadar | @mind_therapist | 270FE9B7 | www.rahmadsyah.com | Author The Tsunami Effect.
Tulis Komentar atau Pertanyaan Anda Di Sini

Senin, 11 Maret 2013

Optimasi Bawah Sadar; Mengungkap Fenomena Kebetulan


Ayu Utami (Novelis) mengatakan;
“Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang ilmuwan akan mencari pola, dan seorang beriman akan mencari Tuhan”. Dan saya menambahkan; Sementara seorang Praktisi NLP, jika kebetulan terjadi terlalu banyak, maka dia akan mencari pola dan sujud kepada Tuhannya".

Ingin Kue Dadar Gulung
Tiga hari yang lalu, saat mau sarapan pagi (jam 06.30), terbersit dalam diri saya untuk membeli kue "Dadar gulung". Tapi niat ini tidak saya realisasikan dengan menuju warung yang biasanya menjual kue ini.

Selang 9 jam kemudian, sekitar pukul 14.30. Mertua pulang sekolah membawa kue "dadar gulung" persis seperti saya inginkan. Kue tersebut "berkat" arisan teman-teman sekolahnya.

Kepingin Roti Tawar
Persis tadi pagi—rabu 6 Maret 2013—saya kepingin roti tawar. Terkadang saya membeli pada penjual keliling yang biasanya lewat depan rumah. Dan kalau tidak ada tukang keliling, saya membeli di Indomaret. Entah kenapa keinginan ini juga tidak saya realisasikan (beli ke Indomaret).

Siang sekitar jam 13.00, istri saya keluar rumah untuk membeli susu UHT buat putri kami. Pas pulangnya saya perhatikan, salah satu isi belanjaannya dalam kresek berwarna hitam. Ada roti tawar rasa pondan seperti yang saya mau.

Ingin Tau Keadaan Daurie
Sekitar 20 hari yang lalu. Saya sedang asyik melihat-lihat teman-teman di kontak BB (270FE9B7). Pas sampai pada satu namaseorang sahabat yang sering menjadi teman diskusi saya—Daurie Bintang. Terbersit dalam diri saya untuk  menghungi karena ingin tau perihalnya. "Sudah lama tidak berkomunikasi nih, bagaimana kabarnya ya?".

Eh keesokan harinya. Saya melihat pengomentar pada catatan saya di facebook. Salah satunya ada komentar dari sahabat saya Daurie. Saya mau menyapa dan mengetahui keadaananya, namun yang terjadi, malah dia duluan berkomentar. Selanjutnya say hello lewat Fbpun terjadi.

Mau Menyapa Kak Jebel
Ini terjadi, pertengahan Februari yang lalu. Malam hari tanpa sengaja saya teringat dengan seorang kakak alumni kampus saya. Namanya Jebel Firdaus. Terakhir kontak dengan beliau, Kak Jebel beraktivitas sebagai Guru di SMK Sudirman Jakarta (kalau saya gak salah). Ada keinginan dalam diri saya untuk mengetahui, apakah sekarang masih mengajar atau memulai aktifitas baru?

Keesokan harinya, sekitar jam 09.30 saat saya online dan memposting artikel di web saya www.rahmadsyah.com. Saya perhatikan jendela obrolan FB menyala-nyala. Pertanda ada  yang sedang chat dengan saya. Dan ternyata, teman fb yang chat itu adalah kakak alumni yang ingin saya sapa dan tanya aktivitasnya tadi.

Bahkan yang membuat saya terkejut. Isi komunikasi dalam chat tersebut. Beliau bermaksud mengundang saya untuk menjadi pengisi motivasi bagi siswa kelas 3 yang mau menghadapi UN di sekolahnya. (Berarti, penasaran saya terjawab. Bahwa beliau masih menjadi guru).

Kepingin Bubur Kacang Ijo
Pada tahun 2010. Saat itu saya masih melajang, belum menikah. Saya menyewa kamar kos-kosan di area Matrama Dalam. Sekitar jam 20.00 saya tib di terminal angkot dan kopaja 620 Manggarai – Blok M. Pulang dari kantor saya dan kedua shahabat saya di daerah Wolter Monginsidi.

Biasanya dari Pasaraya Manggarai, saya melanjutkan naik Bajaj. Tapi malam itu saya memutuskan jalan kaki saja. Selama dalam perjalanan pulang mengguna tafak (jalan kaki). Terbersit keinginan “Kalau ketemu bubur kacang ijo mau beli ah” Saya berbicara sendiri. 

Biasanya jalan yang saya lewati itu, ada pedagang tenda kecil menjual bubur ayam dan kacang ijo. Akan tetapi, malam itu saya gak ketemu dengan tenda-tenda yang menjual bubur kacang Ijo. Sampai saya tiba di kamar kosan.

Keesokan harinya sekitar jam 06.30wib. Di tempat kosan saya itu menyediakan teh dan roti tawar berisi cokelat. Terkadang nasi goreng. Namun membuat saya suprise hari itu. Di atas meja depan kamar saya, tempat biasanya terhidang teh dan roti tawar. Terdapat segelas bubur kacang Ijo. Dalam hati “Terima kasih ya Allah. Keingina saya telah Engkau wujudkan”.

Polisi dikeroyok Masa
Akhir tahun 2009, saat hendak pulang ke Bogor dengan kereta terakhir dari Stasiun Gongdandia. Terbersit hal tidak baik—menurut nilai-nilai yang saya pegang—dalam diri saya. Semasa menunggu kereta sampai dari stasiun kota ke Gandangdia. Saya lihat ke bawah ke arah pasar Gongdangdia.

Kemudian terbersitlah "Hemmm malam begini bakal ada maling atau tidak ya? Kalau ada sepertinya habis keroyok oleh warga setempat dan yang sedang menjaga tokonya". Eh benar kejadian. 5 menit kemudian ada maling dikejar warga dan dikeroyok (dihakimi warga).

Lalu sekitar 10 menit kemudian, datang seorang polisi dengan mobil patrolinya. Saat saya lihat polisi ini turun dari mobil menuju ke tempat maling diamankan (tepatnya dihakimi warga). Terbersit dalam diri saya "Ini polisi kalau dikeroyok warga bagaimana ya? Apakah ada polisi yang diserang oleh warga karena ingin mengamankan pencuri?"

Eh benar kejadian. Tidak lama saat si polisi mau membawa maling, ada warga berselisih pendapat dengan polisi tersebut. Sampai terjadi dorong-dorongan antara polisi dengan beberapa warga. Melihat fakta itu, jantung saya berdetak sangat kencang. Bahkan saat menulis ini pun, saya masih terasa sedikit ketakutan seperti saya alami saat itu.

Dan semenjak itu, saya tidak berani memikirkan hal yang tak saya inginkan. Kalau pun terbersit tanpa saya sadari, maka saya segera istigfar.  

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Mungkin bisa jadi Anda mengira itu adalah kebetulan. Akan tetapi, bila saya mengamati suasana pikiran dan perasaan serta kondisi tubuh. Sebenarnya proses terbersitnya keinginan dengan terwujudnya keinginan tersebut, ada POLAnya. Bagaimana P O L A nya?

Dan menariknya adalah, bahkan ini patut saya garis bawahi. Bahwa peristiwa yang terjadi itu, bukan hanya dalam konteks keinginan yang baik saja. Bahkan, hal yang tak pernah didinginkanpun, juga menjadi nyata. Setelah membaca sampai paragraf ini, mungkin Anda bertanya-tanya seperti saya dulu. “Mengapa hal ini bisa terjadi?

Inilah salah satu pembahasan yang saya kupas dalam Workshop Optimasi Bawah Sadar, Sabtu 13 April 2013 di OfficePlus Podomoro City, Jakarta Barat. Hubungi 0878.7603.7227

Atau, cara untuk mengetahui rahasia ini, Anda bisa mengikuti Program Private Training. 

Ciganjur, Rabu 6 Maret 2013

#Optimasi Bawah Sadar | @mind_therapist | 270FE9B7 | www.rahmadsyah.com | Author The Tsunami Effect.
Tulis Komentar atau Pertanyaan Anda Di Sini